Dulu… Beberapa tahun yang lalu sampai sekarang aku menjadi member dalam sebuah komunitas tas brand lokal. Jujur, kualitas dan modelnya bagus banget sehingga worth it lah untuk dimiliki.
Sistem marketing yang keren membuat para lovers ingin memiliki semua model mulai dari yang terlawas sampai model terbaru yang bahkan belum rilis. Kita rela PO berbulan-bulan agar bisa memiliki tas model terbaru.
Nah, aku pernah memiliki tas dan printilian brand ini sampai puluhan buah. Aku sampai buatkan lemari khusus. Amazing.
Bersyukur sekali, aku sampai di suatu masa, menyadari, untuk apa semua tas ini? Ngga kepakai semua loh. Mubajir. Akhirnya kupilih beberapa yang benar-benar aku butuh dan pakai. Sisanya kujual.
Ternyata sekarang kusadari ya, bahwa aku hanya korban FOMO.
Pernahkah kamu merasa khawatir saat tertinggal mengikuti suatu tren tertentu yang sedang marak di media sosial? Jika iya, maka itu tandanya kamu mengalami gejala FOMO. Jangan rusak kondisi mental dan pikiran dengan penyakit ini. Cepat sadari dan ambil tindakan.
FOMO Artinya Apa?
FOMO (Fear of Missing Out) adalah rasa takut tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Takut ketinggalan trend. Ada rasa cemas dan takut yang timbul dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, bisa itu takut ketinggalan berita, trend, barang yang lagi nge-hits dan hal yang lainnya.
Istilah fomo pertama kali dicetuskan oleh Patrick J. McGinnis pada tahun 2004 melalui artikelnya yang berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis ‘Two FOs’”. Tulisan itu diterbitkan di Harbus, sebuah majalah dari Harvard Business School (HBS).
Selain benda, scroll-scroll hp, liat-liat berita terbaru dan terpanas juga merupakan FOMO. Takut ketinggalan berita. Takut dikatain ngga update. Takut ngga nyambung ketika ngobrol sama temanteman. Hahahaha. Kadang-kadang sampai kayak pengamat dunia selebritis.
Lah, kalau itu berita tentang kerjaan dan keluarga sendiri ya emang harus update, kalau berita tentang artis dan selebritis? Urusannya apa sama kita? Biar gaul aja? Hahaha. Lucu juga kita ini ya?
Contoh-contoh FOMO
- Fomo konser contohnya ketika Coldplay akan konser kita merasa harus nonton karena semua orang sepertinya akan pergi nonton. Padahal kita bukan fans Coldplay. Maksa sampai berhutang lagi buat beli tiket.
- Ketika semua orang bercerita tentang Film Gadis Kretek, kita pun merasa harus menontonnya supaya update. Jadi kalau orang lain sedang membahas Jeng Yah dan Radja kita bisa ikut nimbrung.
- Tiba-tiba muncul berita tentang perselingkuhan Shanaz. Segera meluncur ke Lambe Turah untuk cari tahu. Emang kamu tahu Shanaz? Ngga juga kan?
- Adidas mengeluarkan Samba tuh, semua orang udah pada punya deh kayaknya. Aku harus punya nih, gaji bulan depan beli Samba ah. Padahal awalnya gaji bulan depan tadinya mau ditabung buat jalan-jalan tahun depan.
- Iphone rilis seri terbaru. Yang ini makin kece. Kameranya 3 setengah. Pokoknya harus punya, bagaimana pun caranya. Maka demi punya Iphone terbaru, mamanya harus menjual perhiasan. Padahal buat anaknya, Iphone itu cuma buat gaya-gayaan saja.
Penyebab FOMO dan Pengaru FOMO Bagi Kesehatan
FOMO berdampak buruk bagi kesehatan mental. Menurut sebuah penelitian tahun 2013 yang terbit pada jurnal Computer in Human Behavior, orang-orang dengan tingkat FoMO yang tinggi merasa kurang terhubung dengan kehidupan sehari-hari.
Unggahan di sosial media membuat orang-orang yang mengalami kondisi ini jadi ragu akan hidup dan kemampuan dirinya. Kok aku ngga bisa seperti dia ya? Kapan ya hidupku berubah?
Mereka menganggap bahwa kebahagiaan, kesuksesan, dan pengalaman menarik orang lain yang tidak mereka miliki membuat hidup mereka menjadi menyedihkan. Hal ini memengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal. Hidup ideal harus seperti si A atau si B.
Buruknya, perasaan takut tertinggal ini bisa menimbulkan kecemasan. Kecemasan adalah suatu hal yang mampu memicu stres berlebihan. Berdasarkan sebuah studi, kecemasan dapat membuat produksi hormon–hormon penting tubuh seperti serotonin dan adrenalin terganggu. Susah tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mood kacau bisa muncul ketika hormon dalam tubuh Anda tidak seimbang.
Cara Mengatasi FOMO
Terpengaruh dalam ekspektasi hidup dan kesenangan di sosial media dapat menimbulkan dampak pada kesehatan mental Anda. Apabila contoh kecenderungan FOMO di atas mulai terlihat, maka berusahalah memperbaikinya dengan beberapa tips berikut:
- Mengenali Diri dan Jadi Diri Sendiri
Mengerti dan memahami apa yang kita butuhkan, bukan apa yang orang lain ingin lihat dari kita.
- Membatasi waktu bermain sosial media
Sepertinya di jaman sekarang kita butuh juga sosial media. Jadi rasanya tidak mungkin menutup akun. Caranya adalah dengan membatasi pemakaian sosial media. Misalnya scroll time ditentukan hanya 2 jam dalam sehari.
- Bersyukur
Belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Berhentilah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Karena hal itu akan menumbuhkan rasa iri dan cemas dalam diri.
- Meditasi
Selain membatasi waktu di media sosial, coba luangkan waktu Anda untuk berlatih meditasi. Rutin bermeditasi dapat membantu menjernihkan pikiran dan mengurangi kecemasan.
FOMO dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental seseorang dan dapat mempengaruhi kualitas hidup. Karena itu, penting untuk belajar bagaimana mengelola FOMO dengan tepat.
Very superb info can be found on blog.Blog range
wonderful publish, very informative. I wonder why the opposite experts of this sector don’t notice this. You should continue your writing. I’m sure, you have a great readers’ base already!